Cerita Sipiso Somalim

Cerita Sipiso Somalim



Tujuan Artikel

Artikel ini bertujuan untuk menganalisis kajian semiotik dalam cerita rakyat Si Piso Somalim . Cerita ini menceritakan tentang kisah anak pujaan hatinya. Artikel ini akan membahas bagaimana cerita ini dapat menginspirasi dan memberikan wawasan kepada pembacanya serta membahas bagaimana semiotik dapat digunakan untuk memahami dan menganalisis cerita tersebut.

Isi Artikel

Cerita Sipiso Somalim adalah kisah legenda yang berasal dari Propinsi Sumatera Utara. Cerita ini menceritakan tentang seorang meminang paribannya . Sipiso akhirnya sampai di sebuah desa dan berhasil menemukan paribannya yang cocok baginya. Dengan kerja kerasnya, ia akhirnya berhasil sampai didesa tersebut dari sebuah bencana. Kisah ini menceritakan tentang pentingnya kejujuran dan kerja keras untuk mencapai suatu tujuan dan untuk menyelamatkan orang lain.

Kisah ini populer di Sumatera Utara dan banyak diceritakan dari generasi ke generasi.


Bagian 1 - Cerita Sipiso Somalim

Dahulu kala hiduplah seorang raja di daerah Rura Silindung. yang bernama Punsahang Mataniari - Punsahang Matanibulan; raja yang sangat makmur dan kaya raya. Raja ini mempunyai seorang saudara putri yang bermama Siboru Sandebona yang kemudian kawin dengan Raja Panuasa dari kampung Uluan. Suatu saat Siboru Sandebona mengandung seorang anak laki-laki, akan tetapi setelah genap waktunya bayi ini tidak kunjung lahir, kemudian Siboru Sandebona kebingungan, lalu menemui seorang dukun sakti untuk menanyakan apa yang bakal terjadi dengan anak yang ada di dalam kandungannya. Dukun sakti kemudian memberikan jawaban bahwa bayi ini akan menjadi seorang laki-laki yang memiliki kharisma dan kelebihan tersendiri. Begitulah setelah lahir, bayi ini diberi nama Sipiso Somalim. Setelah dewasa Sipiso Somalim sudah menunjukkan kelebihan tersendiri dalam kehidupan sehari-harinya. Pada suatu saat dia disuruh orangtuanya untuk membajak sawah dengan menggunakan tenaga kerbau, dia hanya duduk tenang, namun kerbau ini dapat disuruhnya bekerja sendiri untuk membajak sawah itu. Dalam sikapnya terhadap orang-orang sekitarnya. dia sangat sopan dan berbudi baik. Bahkan semua tindak tanduknya mencerminkan sikap seorang anak raja.


Pada usia sudah matang. Sipiso Somalim tetap saja pada pendiriannya untuk meminang putri pamannya, ibunya tidak kuasa lagi menolak permintaan Sipiso Somalim. Lalu suatu ketika ibunya memberangkatkan Sipiso Somalim yang didampingi seorang pengawalnya yaitu Sipakpakhumal


Dengan mengenakan pakaian kebesaran serta bekal secukupnya termasuk "Pungga Haomasan" (obat penangkal lapar dan haus), Sipiso Somalim berangkat menuju kampung pamannya Rura Silindung dan menelusuri hutan lebat, dengan jalan yang penuh resiko, seperti ancaman dari binatang buas mereka pun berjalan hingga suatu hari tiba pada sebuah pancuran yang sangat sejuk.



.


Setelah itu dipanggil ibunya pembantu mereka untuk menemani Siu Piso Sumalim pergi kerumah pamannya, pembantu mereka bernama Sitakkal Tabu.”takkal tabu, kesini dulu kau,”, lalu SitakkalTabu menjawab,”apa nyonya?”, lalu nyonya itu berkata kepadanya,”pergilah kau dengan anakku Si Piso Sumalim kerumah pamannya di Rura Silindung, dan mintalah kepada pamannya pedang yang telah diambilnya dariku”, lalu Sitakkal Tabu menjawab, “ iya nyonya, kami akan berangkat ke Rura Silindung.


Setelah itu ibunya memanggil kembali Si Piso Sumalim dan berkata,”anakku, pergilah kau ke Rura Silindung kerumah pamanmu dan Sitakkal Tabulah yang menemanimu pergi kesana, anakku, bawa lah pungga haomasan ini”, lalu bertanyalah Si Piso Sumalim kepada ibunya,” apakah kegunaan pungga haomasan ini ibu?”, lalu ibunya menjawab pertanyaan itu,” pungga haomasan ini berguna bilamana kau mencium pungga haomasan ini kau tidak akan merasakan lapar walaupun kau tidak


makan dan tidak akan merasa haus walaupun tidak minum”. Lalu ibunya memberikan baju kebesaran kerajaan kepada Si Piso Sumalim, dan kemudian Si Piso Sumalim memberikan pesan kepada ibunya,” ibu, Lihat lah bunga ini, apabila bunga ini layu maka aku memiliki masalah di perjalananku, dan apabila bunga ini mati, maka aku mati di perjalanan ku, dan bilamana bunga ini tumbuh dengan subur maka selamatlah aku diperjalananku sampai ke rumah paman. dan dia langsung mengenakan baju kebesaran tersebut. Lalu Si Piso Sumalim memanggil Sitakkal Tabu dan minta izin kepada ibunya kemudian mereka berangkat menuju Rura Silindung.


Setelah berangkat Si Piso Sumalim dan pembantunya Sitakkal Tabu, ditengah perjalanan mereka merasakan letih nya selama perjalanan ketika mau menuju rumah pamannya yang sangat jauh. Di tengah perjalanan mereka menemukan sungai yang sangat jernih airnya, lalu Sitakkal Tabu menyuruh agar Si Piso Sumalim mandi kesungai itu. Lalu Si Piso Sumalim berkata kepada Sitakkal Tabu supaya dia belakangan mandi supaya ada yang menjaga barang dan pakaian kebesaran kerajaannya sewaktu dia mandi. “Takkalk Tabu, belakangan lah kau mandim jagalah barang- barang dan pakaian ini, setelah aku selasai mandi baru kau bias mandi biar aku yang menjaga barang kita nantinya”, lalu Sitakkal Tabu menjawab dia, “iya raja, terakhir pun aku mandi”. Setelah Si Piso Sumalim sampai di sungai, Sitakkal Tabu langsung membuka baju yang dipakainya dan memakai baju kebesara kerajaan Si Piso Sumalim.


Setelah Si Piso Sumalim selesai mandi terkejutlah dia melihat Sitakkal Tabu mengenakan pakaian kebesaran kerajaannya. Si Piso Sumalim pun berkata, “kenapa kau pakai pakaianku,?” Lalu Sitakkal Tabu menjawab,”mulai sekarang akulah yang menjadi Si Piso Sumalim dan kaulah yang menjadi Sitakkal Tabu, jika kau tidak mau kau akan kubunuh dengan pedang ini, akhirnya Si Piso Sumalim pun menuruti perkataan Sitakkal


Tabu dan dia memakai pakaian pembantu itu. Mereka membuat perjanjian bahwasanya Si Piso Sumalim tidak akan memberitahukan kepada siapa pun. Setelah mengikat janji, mereka berangkat menuju Rura Silindung ke tempat pamannya Si Piso Sumalim.


Suasana semakin memuncak setelah Si Piso Sumalim tiba di rumah pamannya. Setelah sampai di rumah pamannya, pamannya tidak mengenal yang mana sebenarnya Si Piso Sumalim dan Sitakkal Tabu.


Setelah mereka berjumpa dengan pamannya, bertanyalah pamannya kepadanya, “siapanya kau?”, jadi datanglah Sitakkal Tabu yang asli berkata, “aku nya ini paman, beremu Si Piso Sumalim yang datang dari desa habinsaran”, stelah itu bertanya lagi pamannya, “siapakah nama ibu yang melahir kan mu?”, karena Sitakkal Tabu yang asli tidak tahu menjawab pertanyaan nya, dipanggilnya lah Si Piso Sumalim untuk menjawab pertanyaannya itu,” Takkal Tabu, jawab dulu pertanyaan paman ini!”, lalu di jawab Sitakkal Tabu yang palsulah pertanyaan paman tersebut,”maaf terlebih dahulu raja, boru tompul lah ibu yang melahirkan raja ini yang bernama oppung sopur-sopuron dari desa habinsaran!”, lalu di peluk pamannyalah Si Piso Sumalim yang palsu dan diajak lah dia masuk ke ruma tetapi Si Piso Sumalim yang asli tinggal lah di teras rumah pamannya. Setelah sampai di dalam rumah disuruh lah dia makan, kalau Sitakkal taqbu yang asli banyak di hidangkan makanan- makanan yang enak, sedangkan Si Piso Sumalim yang asli hanya nasi dan ikan asin saja. Sewaktu Sitakkal Tabu yang asli makan terlihat putrid pamannya lah bagaimana dia makan, lalu putrid itu pun berkata,” kamu tidak terlihat seperti anak raja, karena cara makanmu seperti pembantu yang tidak pernah makan makanan yang enak, tetapi Sitakkal tabu yang asli tidak menghiraukan perkataan nya itu dikarenakan terlalu asyik makan makanan tersebut. Setelah itu pergilah putrid pamannya keluar rumah, dan dia melihat Si Piso Sumalim yang asli


tidak memakan sedikit pun nasi tersebut, lalu dia heran dan berkata,”kenapa kamu tidak mau memakan nasi itu?”, lalu Sitakkal Tabu yang palsu pun menjwab dengan lembut, “aku sudah kenyang”, lalu putri raja pun bertanya kembali, “apa yang kamu makan sehingga kamu bias kenyang?”, dijawab Sitakkal Tabu yang palsu lah,”aku tidak memakan apapun putri raja, hanya ini lah yang aku cium- cium.”,lalu putrid reaja itu bertanya, “apa itu Takkal Tabu.?”, lalu dia menjawab,”terlebih dahulu saya minta maaf putri raja, ini namanya pungga haomasan”, putri raja pun bertanya, “apakah kegunaannya itu?”, dia pun menjawab,” apa bila kita mencium pungga haomasan ini, kita tidak akan merasakan lapar walaupun tidak makan dan tidak akan haus walaupun tidak minum”, lalu putri raja pun terkejut mendengar semua itu. Kemudian putrid raja langsung masuk kerumah dan menemui bapaknya, kemudian dia berkata kepada bapaknya,”bapak, lihat dulu pembantu Si Piso Sumalim itu dia tidak mau makan, lalu bertanya, “kenapa dia tidak mau makan putriku, apakah kamu tidak menyuruhnya untuk makan?, lalu putrinya menjawab, “aku sudah menyuruhnya tetapi dia hanya mencium-cium pungga haomasan”, setelah mendengar itu heranlah bapaknya Karena sepengetahuan bapaknya hanya Si Piso Sumalimlah yang memiliki pungga haumasan, kenapa pembantunya yang memegang pungga haomasan tersebut, dan timbullah tanda Tanya di dalam hatinya.


Keesokan harinya heranlah pamannya, pamannya melihat seekor kuda di depan rumahnya dan membawa sepucuk surat. Kemudian pamannya langsung mengambil dan memabaca isi surat tersebut, dan terkejutr lah dia karena isi surat tersebut berisikan pesan dari ibu Si Piso Sumalim yang ada di Habinsaran. Isi surat tersebut adalah, “abang.. aku telah memberangkatkan beremu untuk bertemu denganmu dan untuk meminta kembali pedang Malim yang telah kau ambil itu . abang,.. siapa pun yang bisa


menjinakkan kuda yang membawa surat ini dan bias memandikan dan memberi makan kuda itu, itu lah beremu yang sebenarnya”. Setelah selesai dibaca pamannaya surat itu, langsung dipanggil pamannyalah Si piso Sumalim dan Sitakkal Tabu, “Takkal Tabu dan kau bere ku, datang lah dulu kemari”, lalu mereka pun datang menghampiri pamannya. Sekarang mandikan dulu kuda itu setelah itu beri makan kuda itu, siapa pun diantara kalian berdua yang bisa memberikan makan kuda itu, dia adalah bereku yang sebenarnya, karena itu pesan dari desa habinsaran”. Pertama disuruhlah Si Piso Sumalim yang palsu untuk memandikan dan memberi makan kuda itu, akan tetapi sewaktu memandikan kuda itu, Si Piso Sumalim yang palsu langsung di tendang oleh kuda itu, sewaktu melihat kejadian itu pamannya heran, kemudian pamannya memanggil Sitakkal Tabu yang palsu untuk memandikan dan memberikan makan kuda itu, Sitakkal Tabu mendekati kuda itu dan pamannya terheran melihat kuda itu menangis sewaktu mendekati kuda itu, lalu Sitakkal Tabu pun memeluk kuda itu dan langsung di mandikan, kemudian dia beri makan.


Setelah Sitakkal Tabu selesai memandikan dan memberi makan kuda itu, di suruh lah putrinya untuk memanggil Sitakkal Tabu yang palsu, “Takkal Tabu, datang dulu kau kemari, bapak memanggilmu!” , lalu Sitakkal Tabu pun menjawab, “ada apa paman?”, “sebenarnya siapanya kalian bereku?, sekarang aku sudah tahu yang sebenarnya”, lalu pamannya bertanya kepada Sitakkal tabu yang asli yang menyamar sebagai Si Piso Sumalim,”siapa kau yang sebenarnya?”, dia pun menjawab,”akunya ini paman beremu Si Piso Sumalim!”, lalu pamannya berkata,” kamu tidak perlu berbohong, aku sudah tahu siapa Si Piso Sumalim yang asli. “aku menanya sekali lagi, siapanya kamu sebenarnya?”,lalu dia pun menjawab,”Sitakkkal tabunya aku paman,…., “jadi kenapa kamu berbohong?, kenapa kamu bilang bahwa kamu Si Piso Sumalim?”,


dia pun menjawab,”yang pengennya aku paman menjadi seorang raja karena dari oppung sampai ke ibuku, dari ibuku sampai ke aku, tetap menjadi pembantu, itu lah alasannya mengapa aku berbohong selama ini, sewaktu ditengah jalan menuju kemari kuancamnya Si Piso Sumalim supaya tidak di bongkarnya siapa aku yang sebenarnya, jadi aku minta maaf paman, lalu pamannya pun memanggil pengawalnya dan menyuruh pengawalnya untuk menghukum Sitakkal Tabu. Lalu pamannya berkata kepada Si Piso Sumalim, “aku minta maaf bere kalau aku tidak mengenalmu selama ini”. Setelah itu pamannya memanggil istrinya dan berkata kepada istrinya,” mak butet datang dulu kesini!, ini lah sebenarnya bere kita yang asli Si Piso Sumalim yang datang dari desa Habinsaran. Jadi ambilkanlah pakaian yang bagus untuk dapat dikenakannya, agar dia terlihat seperti anak raja.”


Lalu marah lah tulangnya melihat Sitakkal Tabu akibat perlakukannya. Kemudian dikenakan Si Piso Sumalimlah pakaian yang lebih bagus yang telah di berikan nantulangnya kepadanya, lalu tulangnya pun berkata kepadanya, “bereku,.. kamu telah sampai di rumah tulang mu ini dan sudah jelas kami mengenalmu”, kemudian tulangnya menyuruh istrinya untuk menga,bil pedang Malim supaya diberikan kepada Si Piso Sumalim, “mak butet, pergilah ketempat penyimpanan pedang Malim dan ambillah pedang itu agar kuberika kepada bere kita ini, lalu istrinya pun menjawab, “iya pak, saya akan mengambilnya”. Tulangnya lansung memeluk Si Piso Sumalim dan tidak lama kemudian nantulangnya datang dan memberi pedang itu kepada suaminya dan suaminya pun berkata, “ini lah bere pedang yang kau cari itu, aku menjaganya dengan sangat baik agar sampai ke generasi berikutnya”, lalu Si Piso Sumalimpun menjawab, “terima kasih tulang saya sangat senang berjumpa dengan tulang walaupun seperti ini pertemuan kita, tulang nya pun bekata,”semoga mulai saat


ini sampai kedepannya persaudaraan kita menjadi lebih baik sampai di hari mendatang”, Si Piso Sumalim berkata, “menurut ku aku ingin pulang ke kampungku agar aku bisa menceritakan semua ini kepada ibu”, kemudian nantulangnya pun berkata, ”janganlah langsung pulang kau bere, besoklah kau pulang”, lalu Si Piso Sumalim pun menjawab,” baik lah nantulang besok pun aku pulang.


Besok paginya Si Piso Sumalim berkata kepada pamannya ,” paman, hari sudah pagi, kiranya aku pulang hari ini ke kampung halamanku, agar aku bisa memberi pedang ini kepada ibu”, kemudian tulangnya pun berkata, ”pulang lah kau bere kekampung halamanmu dan ku katakan padamu, ku ambil pun pedang ini dari ibumu karena gak ada yang bisa menjaga pedang ini, sewaktu ayahmu telah meninggal agar jangan di ambil orang. Jadi sekarang kamu sudah dewasa dan sudah pantas menjadi raja dan kamu sudah mampu mengurus semua yang ada di habinsaran, aku tidak takut lagi memberikan pedang Malim ini kepada mu” akhirnya Si Piso Sumalim tahu kenapa tulangnya mengambil pedang itu, “baiklah tulang, saya akan memberi tahu kan semua ini kapada ibu, dan saya akan pulang ke kampungku”, “bereku, bawalah kuda ini dan jaga lah ibumu dan semua yang ada di habinsaran”, sewaktu Si Piso Sumalim mau melangkah keluar rumah lalu tulangnya pun berkata, “bere, bere, tunggu sebentar menurutku bawalah paribanmu ini ke habinsaran dan jadikan lah dia istrimu dan sayangi lah dia agar hubungan keluarga kita semakin baik agar tidak ada lagi sakit hati diantara keluarga kita”. Kemudian terkejutlah Si Piso Sumalim dan dia berkata,” tulang,. Aku sangat bahagia mendengar ini semua bahwa paribanku akan menjadi istriku,m kami akan bersama- sama pergi ke kampungku dan aku akan berjanji menjaga dan menyayanginya”. Lalu putrinya pun berkata kepada ayah dan ibunya, “ayah, ibu,


berangkat lah kami semoga kalian baik-baik saja disini”, lalu ibunya menjawab,” jaga lah dirimu dan hormat lah kepada mertuamu.


Setelah mereka sampai di habinsaran kemudian Si Piso Sumalim memanggil ibunya, “ibu, ibu, anak mu sudah sampai”, kemudian ibunya mendatanginya dan memeluknya ,”anakku, kau telah datang dan kau telah membawa pedang Malim ini kerumah kita”, setelah ibunya selasai memeluk anaknya dia melihat seorang perempuan di samping anaknya dan langsung berkata, “anakku, siapakah perempuan yang kau bawa itu?”, lalu paribannya langsung menjawab namborunya itu, “inilah aku namboru putri bapak yang bernama Punsahang Mataniari – punsahang Matanibulan, setelah mendengar itu namborunya langsung memeluknya dan berkata,” jadi, kaunya pariban anakku,.?, yang akan memjadi istri anakku?, dan menjadi menantuku”, lalu Si Piso Sumalim menyerahkan pedang Malim itu kepada ibunya dan menceritakan tentang semua kejadian kepada ibunya.


Penutup

Cerita Sipiso Somalim merupakan salah satu cerita rakyat yang berasal dari Sumatera Utara, yang menceritakan tentang petualangan seorang putra raja yang harus berhadapan dengan berbagai godaan. Cerita ini mengajarkan bagaimana untuk menghadapi berbagai situasi atau musuh dengan kekuatan dan kecerdasan. Di akhir cerita, putra raja tersebut berhasil melawan musuh dan menyelamatkan orang-orang di sekitarnya. Cerita Sipiso Somalim merupakan salah satu contoh cerita rakyat yang mengajarkan kita tentang kekuatan dan kecerdasan.

Dengan demikian, cerita Sipiso Somalim berhasil menginspirasi generasi lain untuk menghadapi berbagai godaan dan musuh yang ada di dunia ini.

Kesimpulan

Cerita Sipiso Somalim merupakan sebuah cerita rakyat legenda yang berasal dari Propinsi Sumatera Utara, Indonesia. Cerita ini mengisahkan tentang percintaan, cerita ini mengajarkan bahwa kejujuran dan kesabaran akan membawa manfaat yang besar bagi orang yang bersabar. Oleh karena itu, kesimpulan yang bisa diambil dari cerita ini adalah bahwa orang yang jujur dan sabar akan mendapatkan hasil yang memuaskan.

Akhir Kata

Akhir kata, Cerita Si Piso Somalim adalah sebuah cerita yang berasal dari Sumatra Utara. Cerita ini menceritakan tentang seorang anak laki-laki bernama Si Piso Somalim yang tinggal dengan keluarganya di sebuah desa. Ia memiliki kemampuan untuk membuat orang lain tertawa dengan berbagai ceritanya yang lucu dan menghibur. Cerita ini mengajarkan tentang persahabatan, kebaikan, dan cinta. Cerita ini juga menyampaikan pesan tentang pentingnya menghargai dan mencintai orang lain meskipun berbeda suku dan budaya.

Cerita ini sangat menginspirasi bagi orang-orang yang mendengarkannya.

Share
GUDANG BISNIS
Cerita Sipiso Somalim

Cerita Sipiso Somalim

Artikel
Cerita Sipiso Somalim meminang paribannya
Jumlah
Shipping Region
Jumlah Barang
Shipping to
Harga kirim
Share

WhatsApp Form ×

Cerita Sipiso Somalim

Cerita Sipiso Somalim

Harga :
Ongkos Kirim :




Bayar di Aplikasi

Bayar di Aplikasi OVO & DANA!

Klik tombol Lihat kode QR.
Scan kodenya untuk bayar di app.
Send

Read more

Spesifikasi

Kategori
ID Produk 287876255011816429

Deskripsi

Cerita Sipiso Somalim



Tujuan Artikel

Artikel ini bertujuan untuk menganalisis kajian semiotik dalam cerita rakyat Si Piso Somalim . Cerita ini menceritakan tentang kisah anak pujaan hatinya. Artikel ini akan membahas bagaimana cerita ini dapat menginspirasi dan memberikan wawasan kepada pembacanya serta membahas bagaimana semiotik dapat digunakan untuk memahami dan menganalisis cerita tersebut.

Isi Artikel

Cerita Sipiso Somalim adalah kisah legenda yang berasal dari Propinsi Sumatera Utara. Cerita ini menceritakan tentang seorang meminang paribannya . Sipiso akhirnya sampai di sebuah desa dan berhasil menemukan paribannya yang cocok baginya. Dengan kerja kerasnya, ia akhirnya berhasil sampai didesa tersebut dari sebuah bencana. Kisah ini menceritakan tentang pentingnya kejujuran dan kerja keras untuk mencapai suatu tujuan dan untuk menyelamatkan orang lain.

Kisah ini populer di Sumatera Utara dan banyak diceritakan dari generasi ke generasi.


Bagian 1 - Cerita Sipiso Somalim

Dahulu kala hiduplah seorang raja di daerah Rura Silindung. yang bernama Punsahang Mataniari - Punsahang Matanibulan; raja yang sangat makmur dan kaya raya. Raja ini mempunyai seorang saudara putri yang bermama Siboru Sandebona yang kemudian kawin dengan Raja Panuasa dari kampung Uluan. Suatu saat Siboru Sandebona mengandung seorang anak laki-laki, akan tetapi setelah genap waktunya bayi ini tidak kunjung lahir, kemudian Siboru Sandebona kebingungan, lalu menemui seorang dukun sakti untuk menanyakan apa yang bakal terjadi dengan anak yang ada di dalam kandungannya. Dukun sakti kemudian memberikan jawaban bahwa bayi ini akan menjadi seorang laki-laki yang memiliki kharisma dan kelebihan tersendiri. Begitulah setelah lahir, bayi ini diberi nama Sipiso Somalim. Setelah dewasa Sipiso Somalim sudah menunjukkan kelebihan tersendiri dalam kehidupan sehari-harinya. Pada suatu saat dia disuruh orangtuanya untuk membajak sawah dengan menggunakan tenaga kerbau, dia hanya duduk tenang, namun kerbau ini dapat disuruhnya bekerja sendiri untuk membajak sawah itu. Dalam sikapnya terhadap orang-orang sekitarnya. dia sangat sopan dan berbudi baik. Bahkan semua tindak tanduknya mencerminkan sikap seorang anak raja.


Pada usia sudah matang. Sipiso Somalim tetap saja pada pendiriannya untuk meminang putri pamannya, ibunya tidak kuasa lagi menolak permintaan Sipiso Somalim. Lalu suatu ketika ibunya memberangkatkan Sipiso Somalim yang didampingi seorang pengawalnya yaitu Sipakpakhumal


Dengan mengenakan pakaian kebesaran serta bekal secukupnya termasuk "Pungga Haomasan" (obat penangkal lapar dan haus), Sipiso Somalim berangkat menuju kampung pamannya Rura Silindung dan menelusuri hutan lebat, dengan jalan yang penuh resiko, seperti ancaman dari binatang buas mereka pun berjalan hingga suatu hari tiba pada sebuah pancuran yang sangat sejuk.



.


Setelah itu dipanggil ibunya pembantu mereka untuk menemani Siu Piso Sumalim pergi kerumah pamannya, pembantu mereka bernama Sitakkal Tabu.”takkal tabu, kesini dulu kau,”, lalu SitakkalTabu menjawab,”apa nyonya?”, lalu nyonya itu berkata kepadanya,”pergilah kau dengan anakku Si Piso Sumalim kerumah pamannya di Rura Silindung, dan mintalah kepada pamannya pedang yang telah diambilnya dariku”, lalu Sitakkal Tabu menjawab, “ iya nyonya, kami akan berangkat ke Rura Silindung.


Setelah itu ibunya memanggil kembali Si Piso Sumalim dan berkata,”anakku, pergilah kau ke Rura Silindung kerumah pamanmu dan Sitakkal Tabulah yang menemanimu pergi kesana, anakku, bawa lah pungga haomasan ini”, lalu bertanyalah Si Piso Sumalim kepada ibunya,” apakah kegunaan pungga haomasan ini ibu?”, lalu ibunya menjawab pertanyaan itu,” pungga haomasan ini berguna bilamana kau mencium pungga haomasan ini kau tidak akan merasakan lapar walaupun kau tidak


makan dan tidak akan merasa haus walaupun tidak minum”. Lalu ibunya memberikan baju kebesaran kerajaan kepada Si Piso Sumalim, dan kemudian Si Piso Sumalim memberikan pesan kepada ibunya,” ibu, Lihat lah bunga ini, apabila bunga ini layu maka aku memiliki masalah di perjalananku, dan apabila bunga ini mati, maka aku mati di perjalanan ku, dan bilamana bunga ini tumbuh dengan subur maka selamatlah aku diperjalananku sampai ke rumah paman. dan dia langsung mengenakan baju kebesaran tersebut. Lalu Si Piso Sumalim memanggil Sitakkal Tabu dan minta izin kepada ibunya kemudian mereka berangkat menuju Rura Silindung.


Setelah berangkat Si Piso Sumalim dan pembantunya Sitakkal Tabu, ditengah perjalanan mereka merasakan letih nya selama perjalanan ketika mau menuju rumah pamannya yang sangat jauh. Di tengah perjalanan mereka menemukan sungai yang sangat jernih airnya, lalu Sitakkal Tabu menyuruh agar Si Piso Sumalim mandi kesungai itu. Lalu Si Piso Sumalim berkata kepada Sitakkal Tabu supaya dia belakangan mandi supaya ada yang menjaga barang dan pakaian kebesaran kerajaannya sewaktu dia mandi. “Takkalk Tabu, belakangan lah kau mandim jagalah barang- barang dan pakaian ini, setelah aku selasai mandi baru kau bias mandi biar aku yang menjaga barang kita nantinya”, lalu Sitakkal Tabu menjawab dia, “iya raja, terakhir pun aku mandi”. Setelah Si Piso Sumalim sampai di sungai, Sitakkal Tabu langsung membuka baju yang dipakainya dan memakai baju kebesara kerajaan Si Piso Sumalim.


Setelah Si Piso Sumalim selesai mandi terkejutlah dia melihat Sitakkal Tabu mengenakan pakaian kebesaran kerajaannya. Si Piso Sumalim pun berkata, “kenapa kau pakai pakaianku,?” Lalu Sitakkal Tabu menjawab,”mulai sekarang akulah yang menjadi Si Piso Sumalim dan kaulah yang menjadi Sitakkal Tabu, jika kau tidak mau kau akan kubunuh dengan pedang ini, akhirnya Si Piso Sumalim pun menuruti perkataan Sitakkal


Tabu dan dia memakai pakaian pembantu itu. Mereka membuat perjanjian bahwasanya Si Piso Sumalim tidak akan memberitahukan kepada siapa pun. Setelah mengikat janji, mereka berangkat menuju Rura Silindung ke tempat pamannya Si Piso Sumalim.


Suasana semakin memuncak setelah Si Piso Sumalim tiba di rumah pamannya. Setelah sampai di rumah pamannya, pamannya tidak mengenal yang mana sebenarnya Si Piso Sumalim dan Sitakkal Tabu.


Setelah mereka berjumpa dengan pamannya, bertanyalah pamannya kepadanya, “siapanya kau?”, jadi datanglah Sitakkal Tabu yang asli berkata, “aku nya ini paman, beremu Si Piso Sumalim yang datang dari desa habinsaran”, stelah itu bertanya lagi pamannya, “siapakah nama ibu yang melahir kan mu?”, karena Sitakkal Tabu yang asli tidak tahu menjawab pertanyaan nya, dipanggilnya lah Si Piso Sumalim untuk menjawab pertanyaannya itu,” Takkal Tabu, jawab dulu pertanyaan paman ini!”, lalu di jawab Sitakkal Tabu yang palsulah pertanyaan paman tersebut,”maaf terlebih dahulu raja, boru tompul lah ibu yang melahirkan raja ini yang bernama oppung sopur-sopuron dari desa habinsaran!”, lalu di peluk pamannyalah Si Piso Sumalim yang palsu dan diajak lah dia masuk ke ruma tetapi Si Piso Sumalim yang asli tinggal lah di teras rumah pamannya. Setelah sampai di dalam rumah disuruh lah dia makan, kalau Sitakkal taqbu yang asli banyak di hidangkan makanan- makanan yang enak, sedangkan Si Piso Sumalim yang asli hanya nasi dan ikan asin saja. Sewaktu Sitakkal Tabu yang asli makan terlihat putrid pamannya lah bagaimana dia makan, lalu putrid itu pun berkata,” kamu tidak terlihat seperti anak raja, karena cara makanmu seperti pembantu yang tidak pernah makan makanan yang enak, tetapi Sitakkal tabu yang asli tidak menghiraukan perkataan nya itu dikarenakan terlalu asyik makan makanan tersebut. Setelah itu pergilah putrid pamannya keluar rumah, dan dia melihat Si Piso Sumalim yang asli


tidak memakan sedikit pun nasi tersebut, lalu dia heran dan berkata,”kenapa kamu tidak mau memakan nasi itu?”, lalu Sitakkal Tabu yang palsu pun menjwab dengan lembut, “aku sudah kenyang”, lalu putri raja pun bertanya kembali, “apa yang kamu makan sehingga kamu bias kenyang?”, dijawab Sitakkal Tabu yang palsu lah,”aku tidak memakan apapun putri raja, hanya ini lah yang aku cium- cium.”,lalu putrid reaja itu bertanya, “apa itu Takkal Tabu.?”, lalu dia menjawab,”terlebih dahulu saya minta maaf putri raja, ini namanya pungga haomasan”, putri raja pun bertanya, “apakah kegunaannya itu?”, dia pun menjawab,” apa bila kita mencium pungga haomasan ini, kita tidak akan merasakan lapar walaupun tidak makan dan tidak akan haus walaupun tidak minum”, lalu putri raja pun terkejut mendengar semua itu. Kemudian putrid raja langsung masuk kerumah dan menemui bapaknya, kemudian dia berkata kepada bapaknya,”bapak, lihat dulu pembantu Si Piso Sumalim itu dia tidak mau makan, lalu bertanya, “kenapa dia tidak mau makan putriku, apakah kamu tidak menyuruhnya untuk makan?, lalu putrinya menjawab, “aku sudah menyuruhnya tetapi dia hanya mencium-cium pungga haomasan”, setelah mendengar itu heranlah bapaknya Karena sepengetahuan bapaknya hanya Si Piso Sumalimlah yang memiliki pungga haumasan, kenapa pembantunya yang memegang pungga haomasan tersebut, dan timbullah tanda Tanya di dalam hatinya.


Keesokan harinya heranlah pamannya, pamannya melihat seekor kuda di depan rumahnya dan membawa sepucuk surat. Kemudian pamannya langsung mengambil dan memabaca isi surat tersebut, dan terkejutr lah dia karena isi surat tersebut berisikan pesan dari ibu Si Piso Sumalim yang ada di Habinsaran. Isi surat tersebut adalah, “abang.. aku telah memberangkatkan beremu untuk bertemu denganmu dan untuk meminta kembali pedang Malim yang telah kau ambil itu . abang,.. siapa pun yang bisa


menjinakkan kuda yang membawa surat ini dan bias memandikan dan memberi makan kuda itu, itu lah beremu yang sebenarnya”. Setelah selesai dibaca pamannaya surat itu, langsung dipanggil pamannyalah Si piso Sumalim dan Sitakkal Tabu, “Takkal Tabu dan kau bere ku, datang lah dulu kemari”, lalu mereka pun datang menghampiri pamannya. Sekarang mandikan dulu kuda itu setelah itu beri makan kuda itu, siapa pun diantara kalian berdua yang bisa memberikan makan kuda itu, dia adalah bereku yang sebenarnya, karena itu pesan dari desa habinsaran”. Pertama disuruhlah Si Piso Sumalim yang palsu untuk memandikan dan memberi makan kuda itu, akan tetapi sewaktu memandikan kuda itu, Si Piso Sumalim yang palsu langsung di tendang oleh kuda itu, sewaktu melihat kejadian itu pamannya heran, kemudian pamannya memanggil Sitakkal Tabu yang palsu untuk memandikan dan memberikan makan kuda itu, Sitakkal Tabu mendekati kuda itu dan pamannya terheran melihat kuda itu menangis sewaktu mendekati kuda itu, lalu Sitakkal Tabu pun memeluk kuda itu dan langsung di mandikan, kemudian dia beri makan.


Setelah Sitakkal Tabu selesai memandikan dan memberi makan kuda itu, di suruh lah putrinya untuk memanggil Sitakkal Tabu yang palsu, “Takkal Tabu, datang dulu kau kemari, bapak memanggilmu!” , lalu Sitakkal Tabu pun menjawab, “ada apa paman?”, “sebenarnya siapanya kalian bereku?, sekarang aku sudah tahu yang sebenarnya”, lalu pamannya bertanya kepada Sitakkal tabu yang asli yang menyamar sebagai Si Piso Sumalim,”siapa kau yang sebenarnya?”, dia pun menjawab,”akunya ini paman beremu Si Piso Sumalim!”, lalu pamannya berkata,” kamu tidak perlu berbohong, aku sudah tahu siapa Si Piso Sumalim yang asli. “aku menanya sekali lagi, siapanya kamu sebenarnya?”,lalu dia pun menjawab,”Sitakkkal tabunya aku paman,…., “jadi kenapa kamu berbohong?, kenapa kamu bilang bahwa kamu Si Piso Sumalim?”,


dia pun menjawab,”yang pengennya aku paman menjadi seorang raja karena dari oppung sampai ke ibuku, dari ibuku sampai ke aku, tetap menjadi pembantu, itu lah alasannya mengapa aku berbohong selama ini, sewaktu ditengah jalan menuju kemari kuancamnya Si Piso Sumalim supaya tidak di bongkarnya siapa aku yang sebenarnya, jadi aku minta maaf paman, lalu pamannya pun memanggil pengawalnya dan menyuruh pengawalnya untuk menghukum Sitakkal Tabu. Lalu pamannya berkata kepada Si Piso Sumalim, “aku minta maaf bere kalau aku tidak mengenalmu selama ini”. Setelah itu pamannya memanggil istrinya dan berkata kepada istrinya,” mak butet datang dulu kesini!, ini lah sebenarnya bere kita yang asli Si Piso Sumalim yang datang dari desa Habinsaran. Jadi ambilkanlah pakaian yang bagus untuk dapat dikenakannya, agar dia terlihat seperti anak raja.”


Lalu marah lah tulangnya melihat Sitakkal Tabu akibat perlakukannya. Kemudian dikenakan Si Piso Sumalimlah pakaian yang lebih bagus yang telah di berikan nantulangnya kepadanya, lalu tulangnya pun berkata kepadanya, “bereku,.. kamu telah sampai di rumah tulang mu ini dan sudah jelas kami mengenalmu”, kemudian tulangnya menyuruh istrinya untuk menga,bil pedang Malim supaya diberikan kepada Si Piso Sumalim, “mak butet, pergilah ketempat penyimpanan pedang Malim dan ambillah pedang itu agar kuberika kepada bere kita ini, lalu istrinya pun menjawab, “iya pak, saya akan mengambilnya”. Tulangnya lansung memeluk Si Piso Sumalim dan tidak lama kemudian nantulangnya datang dan memberi pedang itu kepada suaminya dan suaminya pun berkata, “ini lah bere pedang yang kau cari itu, aku menjaganya dengan sangat baik agar sampai ke generasi berikutnya”, lalu Si Piso Sumalimpun menjawab, “terima kasih tulang saya sangat senang berjumpa dengan tulang walaupun seperti ini pertemuan kita, tulang nya pun bekata,”semoga mulai saat


ini sampai kedepannya persaudaraan kita menjadi lebih baik sampai di hari mendatang”, Si Piso Sumalim berkata, “menurut ku aku ingin pulang ke kampungku agar aku bisa menceritakan semua ini kepada ibu”, kemudian nantulangnya pun berkata, ”janganlah langsung pulang kau bere, besoklah kau pulang”, lalu Si Piso Sumalim pun menjawab,” baik lah nantulang besok pun aku pulang.


Besok paginya Si Piso Sumalim berkata kepada pamannya ,” paman, hari sudah pagi, kiranya aku pulang hari ini ke kampung halamanku, agar aku bisa memberi pedang ini kepada ibu”, kemudian tulangnya pun berkata, ”pulang lah kau bere kekampung halamanmu dan ku katakan padamu, ku ambil pun pedang ini dari ibumu karena gak ada yang bisa menjaga pedang ini, sewaktu ayahmu telah meninggal agar jangan di ambil orang. Jadi sekarang kamu sudah dewasa dan sudah pantas menjadi raja dan kamu sudah mampu mengurus semua yang ada di habinsaran, aku tidak takut lagi memberikan pedang Malim ini kepada mu” akhirnya Si Piso Sumalim tahu kenapa tulangnya mengambil pedang itu, “baiklah tulang, saya akan memberi tahu kan semua ini kapada ibu, dan saya akan pulang ke kampungku”, “bereku, bawalah kuda ini dan jaga lah ibumu dan semua yang ada di habinsaran”, sewaktu Si Piso Sumalim mau melangkah keluar rumah lalu tulangnya pun berkata, “bere, bere, tunggu sebentar menurutku bawalah paribanmu ini ke habinsaran dan jadikan lah dia istrimu dan sayangi lah dia agar hubungan keluarga kita semakin baik agar tidak ada lagi sakit hati diantara keluarga kita”. Kemudian terkejutlah Si Piso Sumalim dan dia berkata,” tulang,. Aku sangat bahagia mendengar ini semua bahwa paribanku akan menjadi istriku,m kami akan bersama- sama pergi ke kampungku dan aku akan berjanji menjaga dan menyayanginya”. Lalu putrinya pun berkata kepada ayah dan ibunya, “ayah, ibu,


berangkat lah kami semoga kalian baik-baik saja disini”, lalu ibunya menjawab,” jaga lah dirimu dan hormat lah kepada mertuamu.


Setelah mereka sampai di habinsaran kemudian Si Piso Sumalim memanggil ibunya, “ibu, ibu, anak mu sudah sampai”, kemudian ibunya mendatanginya dan memeluknya ,”anakku, kau telah datang dan kau telah membawa pedang Malim ini kerumah kita”, setelah ibunya selasai memeluk anaknya dia melihat seorang perempuan di samping anaknya dan langsung berkata, “anakku, siapakah perempuan yang kau bawa itu?”, lalu paribannya langsung menjawab namborunya itu, “inilah aku namboru putri bapak yang bernama Punsahang Mataniari – punsahang Matanibulan, setelah mendengar itu namborunya langsung memeluknya dan berkata,” jadi, kaunya pariban anakku,.?, yang akan memjadi istri anakku?, dan menjadi menantuku”, lalu Si Piso Sumalim menyerahkan pedang Malim itu kepada ibunya dan menceritakan tentang semua kejadian kepada ibunya.


Penutup

Cerita Sipiso Somalim merupakan salah satu cerita rakyat yang berasal dari Sumatera Utara, yang menceritakan tentang petualangan seorang putra raja yang harus berhadapan dengan berbagai godaan. Cerita ini mengajarkan bagaimana untuk menghadapi berbagai situasi atau musuh dengan kekuatan dan kecerdasan. Di akhir cerita, putra raja tersebut berhasil melawan musuh dan menyelamatkan orang-orang di sekitarnya. Cerita Sipiso Somalim merupakan salah satu contoh cerita rakyat yang mengajarkan kita tentang kekuatan dan kecerdasan.

Dengan demikian, cerita Sipiso Somalim berhasil menginspirasi generasi lain untuk menghadapi berbagai godaan dan musuh yang ada di dunia ini.

Kesimpulan

Cerita Sipiso Somalim merupakan sebuah cerita rakyat legenda yang berasal dari Propinsi Sumatera Utara, Indonesia. Cerita ini mengisahkan tentang percintaan, cerita ini mengajarkan bahwa kejujuran dan kesabaran akan membawa manfaat yang besar bagi orang yang bersabar. Oleh karena itu, kesimpulan yang bisa diambil dari cerita ini adalah bahwa orang yang jujur dan sabar akan mendapatkan hasil yang memuaskan.

Akhir Kata

Akhir kata, Cerita Si Piso Somalim adalah sebuah cerita yang berasal dari Sumatra Utara. Cerita ini menceritakan tentang seorang anak laki-laki bernama Si Piso Somalim yang tinggal dengan keluarganya di sebuah desa. Ia memiliki kemampuan untuk membuat orang lain tertawa dengan berbagai ceritanya yang lucu dan menghibur. Cerita ini mengajarkan tentang persahabatan, kebaikan, dan cinta. Cerita ini juga menyampaikan pesan tentang pentingnya menghargai dan mencintai orang lain meskipun berbeda suku dan budaya.

Cerita ini sangat menginspirasi bagi orang-orang yang mendengarkannya.

Read more Sembunyikan

GUDANG BISNIS